Teknik Flouroscopy
Pesawat sinar-x merupakan salah satu
perangkat pencitraan yang digunakan sebagai alat diagnose. Pesawat ini
ditemukan oleh seorang berkebangsaan Jerman bernama Wilhelm Conrad Rontgen pada
tahun 1895. Peralatan utamanya adalah tabung sinar-x, Trafo tegangan tinggi
(HV) dan sistem kontrol. Alat bantunya terdiri dari meja diagnostik, support
stand, lieder stand dan perangkat fluoroscopy.
Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang
menggunakan sifat tembus sinar rotngen dan suatu tabir yang bersifat luminisensi bila
terkena sinar tersebut. Fluoroskopi terutama diperlukan untuk menyelidiki
fungsi serta pergerakan suatu organ atau sistem tubuh seperti dinamika alat
peredaran darah, misalnya jantung, dan pembuluh darah besar, serta pernafasan
berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru-paru. (Sjahriar Rasad, 1998).
Fluoroskopi dapat memberikan diagnosa
aktif selama jalannya pemeriksaan. Oleh karena itu pemeriksaan fluoroskopi
secara primer dilakukan oleh Dokter Radiologi. Peran Radiografer sebagai mitra
selama pemeriksaan, termasuk di dalam pengambilan gambar radiografi setelah
pemeriksaan fluoroskopi usai. Pemeriksaan fluoroskopi umumnya digunakan untuk
mengevaluasi dan mengobservasi fungsi fisiologis tubuh yang bergerak, seperti
proses menelan, jalannya barium didalam traktus digestivus, penyuntikan zat
kontras pada sistem biliari, dan lain-lain. (Richard R.C, dan Arlene M.
1992;553).
Ada dua jenis desain tube sinar-X
fluoroskopi, yaitu yang berada dibawah meja pemeriksaan dan yang berada diatas
meja pemeriksaan tepatnya diatas tubuh pasien. Namun kebanyakan pesawat
fluoroskopi menggunakan desain under table unit (tube yang berada di bawah meja
pemeriksaan).
Pesawat sinar-x fluoroscopy adalah
perangkat pencitraan dimana hasilnya sebuah gambar yang ditangkap
oleh screen fluoroscent untuk digunakan sebagai bahan diagnose. Pengamatan
hasil gambar oleh dokter langsung dilakukan pada screen fluoroscent sehingga
dokter beresiko terkena pancaran radiasi dari tabung sinar-x.
Untuk mengatisipasi hal tersebut maka
perlu dilakukan perekayasaan pada sistem fluoroscopy. Cara yang dilakukan
adalah dengan memasang kamera (CCTV) untuk menangkap hasil gambar dari screen
fluoroscent yang terdapat pada Image Intensifier, kemudian ditransfer ke sistem
komputer yang ditempatkan di ruang kontrol. Untuk pengamatan hasil gambar
dokter cukup melihat pada monitor di ruang kontrol, sehingga akan terhindar
dari pancaran radiasi secara langsung. Teknologi system fluoroscopy yang lebih
modern adalah CT-Scan yang sudah banyak di rumah sakit.
Sistem fluoroscopy modern dapat
menghasilkan gambar yang langung diamati pada sebuah monitor di
tempat ruang kontrol. Dengan sistem fluoroscopy remote controle diharapkan
dapat mengurangi resiko radiasi pada pekerja radiasi
Tube sinar-X
fluoroskopi sangat mirip desainnya dengan tube diagnostik konvensional kecuali
bahwa tube sinar-X fluoroskopi dirancang untuk dapat mengeluarkan sinar-X lebih
lama daripada tube diagnostik konvensional dengan mA yang jauh lebih kecil.
Dimana tipe tube diagnostik konvensional memiliki range mA antara 50-1200 mA
sedangkan range mA pada tube sinar-X fluoroskopi antara 0,5-5,0 mA.
2. Komponen Peralatan Fluoroskopi.
Ada tiga komponen
utama yang merupakan bagian dari unit fluoroskopi yakni, X-ray tube beserta
generator, Image Intisifier, dan sistem monitoring video. Bagian
utama unit fluoroskopi adalah :
a.
X-ray tube dan
generator.
Tube sinar-X fluoroskopi sangat mirip
desainnya dengan tube sinar-X diagnostik konvesional kecuali bahwa tube sinar-X
fluoroskopi dirancang untuk dapat mengeluarkan sinar-X lebih lama dari pada
tube diagnostik konvensional dengan mA yang jauh lebih kecil. Dimana tipe tube
diagnostik konvensional memiliki range mA antara 50-1200 mA sedangkan range mA
pada tube sinar-X fluoroskopi antara 0,5-5,0 mA. Sebuah Intensification Tube
(talang penguat) dirancang untuk menambah kecerahan gambar secara elektronik
Pencerah gambar modern sekarang ini mampu mencerahkan gambar hingga 500-8000
kali lipat. (Richard R.C, dan Arlene M. 1992;570).
Generator X-ray pada
fluoroskopi unit menggunakan tiga phase atau high frequency units,
untuk efisiensi maksimum fluoroskopi unit dilengkapi dengan cine
fluorography yang memiliki waktu eksposi yang sangat cepat, berkisar
antara 5/6 ms untuk pengambilan gambar sebanyak 48 gambar/detik. Maka dari itu
generator X-ray tube biasanya merupakan tabung berkapasitas tinggi (paling
tidak 500.000 heat unit) dibandingkan dengan tabung X-ray
radiografi biasa (300.000 heat units).
b.
Image Intisifier.
Semua sistem fluoroskopi
menggunakan Image Intisifier yang menghasilkan gambar selama
fluoroskopi dengan mengkonversi low intensity full size image ke high-intensity
minified image. Image Intisifier adalah alat yang berupa detektor dan
PMT (di dalamnya terdapat photocatoda, focusing electroda, dinode, dan output
phospor). Sehingga memungkinkan untuk melakukan fluoroskopi dalam kamar dengan
keadaan terang dan tanpa perlu adaptasi gelap (Sjahriar Rasad, 1998). Image
Intisifier terdiri dari:
1) Detektor
Terbuat dari crystals iodide (CsI) yang mempunyai sifat memendarkan cahaya
apabila terkena radiasi sinar-X. Absorpsi dari detektor sebesar 60% dari
radiasi sinar-X (Robert A. Fosbinder dan Charles A, Kelsey, 2000).
2) PMT
(Photo Multiplier Tube).
Terdiri Dari :
a) Photokatoda.
Terletak setelah input phospor. Memiliki fungsi untuk merubah
cahaya tampak yang diserap dari input phospor menjadi berkas elektron.
b) Focusing
Electroda.
Elektroda dalam focus Image Intensifier meneruskan elektron-elektron
negatif dariphotochatode ke output phospor.
c) Anode dan Output
Phospor.
Elektron dari photochatode diakselerasikan secara cepat ke
anoda karena adanya beda tegangan seta merubah berkas elektron tadi menjadi
sinyal listrik.
3. Sistem Monitoring
dan Video.
Beberapa sistem penampil gambar (viewing system) telah mampu mengirim
gambar dari output screen menuju alat penampil gambar (Viewer). Dikarenakan
output phospor hanya berdiameter 1 inch (2,54 cm), gambar yang dihasilkan
relatif kecil, karena itu harus diperbesar dan di monitor oleh sistem tambahan.
Termasuk diantaranya Optical Mirror, Video, Cine, dan sistem spot
film. Beberapa dari sistem penampil gambar tersebut mampu menampilkan gambar
bergerak secara langsung (Real-Time Viewing) dan beberapa yang lainnya
untuk gambar diam (Static Image). Waktu melihat gambar, resolusi dan
waktu processing bervariasi antar alat-alat tersebut. Pada saat pemeriksaan
fluoroskopi memungkinkan untuk dilakukan proses merekam gambar bergerak maupun
gambar yang tidak bergerak (statis). (Richard R.C, dan Arlene M. 1992;570).
3. Proses Terjadinya Gambaran Pada
Fluoroskopi
Pada saat pemeriksaan
fluoroskopi berlangsung, berkas cahaya sinar-x primer menembus
tubuh pasien menuju input screen yang berada dalam Image Intensifier
Tube yaitu sebuah tabung hampa udara yang terdiri dari sebuah
katoda dan anoda. Input screen yang berada pada Image Intensifieradalah
layar yang menyerap foton sinar-x dan mengubahnya menjadi berkas cahaya tampak,
yang kemudian akan ditangkap oleh PMT (Photo Multiplier Tube). PMT terdiri dari
photokatoda, focusing elektroda, dan anoda dan output
phospor. Cahaya tampak yang diserap oleh photokatoda pada PMT akan dirubah
menjadi elektron, kemudian dengan adanya focusing elektroda elektron-elektron
negatif dari photokatoda difokouskan dan dipercepat menuju dinoda pertama.
Kemudian elektron akan menumbuk dinoda pertama dan dalam proses tumbukan akan
menghasilkan elektron-elektron lain. Elektron-elektron yang telah diperbanyak
jumlahnya yang keluar dari dinoda pertama akan dipercepat menuju dinoda kedua
sehingga akan menghasilkan elektron yang lebih banyak lagi, demikian seterusnya
sampai dinoda yang terakhir. Setelah itu elektron-elektron tersebut
diakselerasikan secara cepat ke anoda karena adanya beda potensial yang
kemudian nantinya elektron tersebut dirubah menjadi sinyal listrik.
Sinyal listrik akan diteruskan ke amplifier kemudian akan
diperkuat dan diperbanyak jumlahnya. Setelah sinyal-sinyal listrik ini
diperkuat maka akan diteruskan menuju ke ADC (Analog to Digital Converter).
Pada ADC sinyal-sinyal listrik ini akan diubah menjadi data digital yang akan
ditampilkan pada tv monitor berupa gambaran hasil fluoroskopi.
4. Kilovoltage (kV)
Kilovoltage (kV)
mengontrol kualitas dari berkas sinar-X. Peningkatan kilovoltage pada panel
kontrol akan menyebabkan peningkatan kecepatan dan energi elektron pada tabung
sinar-X. Jika elektron bergerak lebih cepat dari katoda ke anoda, lebih banyak
elektron yang akan mencapai target dengan pemberian mAs tertentu, akan
menghasilkan peningkatan dalam produksi dari photon sinar-X dengan energi lebih
besar. Karena energi photon sinar-X meningkat, kemampuan photon menembus
bertambah. Kilovoltage mempengaruhi kuantitas berkas sinar-X karena banyak
elektron yang akan mencapai target jika kV bertambah, dan kV mempengaruhi
kualitas berkas sinar-X karena setiap elektron mempunyai energi lebih,
menghasilkan berkas dengan kemampuan menembus lebih besar. (Richard R.C, dan
Arlene M. 1992;366).
5. Digital kV Meter.
Merupakan penetrameter elektronik yang dilengkapi detector solid state
(Detector Sintillation). Bahan sintilator merupakan suatu bahan padat yang
mampu menghasilkan percikan cahaya bila dikenakan energi foton sinar-X. Alat
ini berfungsi untuk mengetahui tingkat keakurasian setting kilovoltage pesawat
sinar-X yang dilengkapi dengan fluoroskopi. Alat digital kV meter RTI PMX-1R
memiliki spesifikasi yang terdiri dari :
1. Tombol
ON/OFF yang ada pada alat digital kV meter RTI PMX- 1R digunakan
untuk menghidupkan ataupun mematikan alat digital digital kV meter tersebut .
2. Tombol
kVp/TIme digunakan untuk memilih mode pengujian yaitu untuk mengukur akurasi
kVp ataupun untuk mengukur akurasi timer. (User’s Manual RTI Electronics;Chapter
3)
3. Tombol delay digunakan
untuk memilih jeda waktu dalam melakukan eksposi yang pertama ke eksposi yang
selanjutnya.
4. Tombol auto/manual.
(User’s Manual RTI Electronics;Chapter 3)
5. Menggunakan
detektor solid state ( detektor sintillation ) yang terbuat dari
bahan padat berupa plate.
6. LCD
Display digunakan untuk menampilkan nilai setelah dilakukan eksposi.
7. Baterai.(User’s
Manual RTI Electronics;Chapter 11)
8. Berat
alat ini (1 kg) dan panjangnya (55x140x220 mm).
Dengan spesifikasi
yang dimiliki oleh alat digital kV meter RTI PMX-1R ini sangat sederhana cara
kerjanya serta memudahkan dalam pembacaan nilai pada saat pengujian karena
memiliki LCD display.
Adapun cara kerja alat dgital kV meter RTI PMX-1R ini adalah
sebagai berikut :
1. Pada
saat dilakukan eksposi maka energi foton sinar-X akan mengenai detektor
sintillation kemudian akan menimbulkan percikan cahaya.
2. Percikan
cahaya ini akan mengenai photokatoda yang ada di dalam PMT (Photo
Multiplayer Tube) yang kemudian akan memancarkan elektron.
3. Elektron
yang dihasilkan akan diarahkan menuju dinode pertama dengan adanya beda
potensial. Dinode pertama ini akan memancarkan beberapa elektron sekunder bila
dikenai elektron.
4. Elektron-elektron
sekunder yang dihasilkan dinode pertama akan menuju dinode kedua dan
dilipatgandakan kemudian diarahkan ke dinode ketiga dan seterusnya sehingga
elektron yang terkumpul pada dinode terakhir berjumlah sangat banyak.
5. Dengansebuahkapasitorkumpulanelektrontersebutakandiubahmenjadipulsalistrik. Oleh Amplifier pulsa listrik ini akan diperkuat dan digandakan.
Kemudian pulsa listrik ini akan dibawa ke PHA (Pulse High Analyzer)
untuk menganalisa pulsa tegangan tinggi.
6. Kemudian
pulsa listrik ini akan dibawa ke ADC (Analog to Digital Converter) untuk
dirubah menjadi data digital. Data digital ini akan
ditampilkan pada LCD Display berupa angka nilai kV.
7. Perlu
diingat pada saat dilakukan eksposi pertama nilai yang muncul pada LCD display diabaikan.
6. Jaminan Kualitas (Quality Assurance).
Pengertian menurut WHO (1987), quality assurance adalah upaya
pengorganisasian staf dan fasilitas yang ada untuk menjamin gambaran yang
dihasilkan berkualitas tinggi agar dapat memberikan informasi diagnosa yang
tepat dengan biaya dan dosis pasien minimum. Menurut Stewart C.Bushong
(1998;235), quality assurance adalah aktifitas rutin dan
prosedur spesial yang dikembangkan untuk menjamin produk yang dihasilkan
berkualitas tinggi, quality assurance di radiologi diagnostik
memerlukan perencanaan, program yang terus menerus diantaranya evaluasi dan
pengawasan peralatan prosedur radiologi.
Menurut NCRP (1995;5), quality assurance adalah kegiatan yang
mencakup keseluruhan program dan metode pemeliharaan yang didalamnya mencakup
program evaluasi yang berkelanjutan dengan menampilkan hasil pengukuran dari
evaluasi yang dibutuhkan.
Sedangkan menurut
Richard R.Carlton (1992;439), quality assurance terdiri dari
kegiatan yang bertujuan memberikan kepercayaan terhadap pelayanan radiologi
agar tetap memberikan pelayanan dan hasil gambar yang berkualitas tinggi. Quality
assurance meliputi kegiatan evaluasi seperti interpretasi hasil pemeriksaan,pemeliharaan
peralatan, pelaksanaan prosedur, sistem pencatatan, perbaikan staf, penjadwalan
pemeriksaan dan lain-lain.
Cara menjalankan quality
assurance yaitu dengan mengidentifikasi masalah atau area potensial
masalah, memonitor masalah dan kemudian memecahkan masalah. Memonitor masalah
meliputi beberapa langkah, menentukan kriteria, melakukan monitor dan collecting,
menganalisa dan mengevaluasi data.
7. Quality
Control.
Pengertian menurut
Richard R.Charlton (1992;439), quality control adalah aspek
dari quality assurance yang memonitor peralatan teknik sampai
ke kualitas standar. Pengawasan sistem pemprosesan film termasuk pengujian
sensitometri dan safe light kamar gelap. Evaluasi hamburan sinar eksternal
termasuk memonitor sistem diagnosa radiografi, sistem fluoroscopy, sistem
tomografi dan luas lapangan penyinaran kolimator pada pesawat rontgen dan
beragam test lainnya seperti kaset, viewing box, harus selalu diawasi.
Sedangkan menurut Carl
Borras (1997;87), quality control adalah bagian dari quality
assurance yang terdiri dari satu set operasi (perencanaan, pengkoordinasian,
pelaksanaan) yang bertujuan untuk memelihara atau meningkatkan kualitas yang
meliputi peralatan agar pelaksanaannya dapat ditetapkan, di atur, dan
dikontrol.
8. Proteksi Radiasi.
Prinsip dasar proteksi radiasi berhubungan dengan penggunaan radiasi
pengion pada tingkat As Low As Reasonably Achieveable (ALARA)
atau tingkat dosis radiasi rendah yang masih dapat diterima. ( Richard R,
Carlton,1992;54)
Untuk pengujian
tingkat keakurasian keluaran kV Pesawat Fluoroskopi nilai batas toleransi yang
masih diijinkan menurut BPFK adalah + 10%,
menurut Western Australia + 6%, menurut pabrikan alat
ukur digital kV meter RTI PMX-1R nilai batas toleransinya adalah + 10%.
Interaksi sinar-x dengan materi
Kehilangan energi dari sinar-x bila
melewati suatu media (zat) adalah terjadi karena
tiga proses utama
yaiu efek fotolistrik, efek
Compton dan efek produksipasangan. Efekfotolistrik dan efek compton timbul karena
interaks iantara sinar-x dengan elektron elektron dalam atom dari media (zat)
itu, sedang efek produksi pasangan timbul
karena interaksi dengan medan listrik dari inti atom.
Apabila Io adalah intensitas
sinar-x yang datang pada suatu lapisan media (zat) dan
Ix adalah intensitas sinar-x yang berhasil menembus media setebal x.
Oleh karena adanya kehilangan energi foton didalam tebal x dari lapisan, maka
akan terjadi pengurangan intensitas.
Hubungan antara Io dan
Ix adalah sebagai berikut :
Ix = Io e -,xx .................................................................. (1)
Dimana :
Ix = Intensitas sinar-x yang menembus media
Io = Intensitas sinar-x yang datang ke media
< = koefisienabsorbsi linier
x = Tebalmateri
Sifat terpenting
dari radiasi adalah sifat merusak. Hal
initerjadisebagaiakibat
interaksi radiasi dengan materi yang
secara langsung atau tidak langsung menimbulkan pengionan.
Tingkat kerusakan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1. Sumber radiasi.
2. Lama penyinaran
3. Jarak sumber radiasi dengan subyek
4. Ada tidaknya penghalang antara sumber radiasi dan subyek
Dosis Radiasi
Untuk membahas tingkat bahaya radiasi
secara kuantitatip diperkenalkan konsep besaran dosis radiasi yang dikaitkan
dengan banyaknya energi radiasi yang diserap oleh subyek / organisme.
Didalampengetahuankeselamatandosisradiasidikenaltigamacamdosis,
yaitu :
1. Nilaipenyinaran
(exposure)
Yaitu kemampuan radiasi tertentu untuk
menimbulkan ionesasi pada medium tertentu, satuanya adalah Roentgen (R). Di
dalam satuan standard Internasional (SI) maka :
1 R = 2,58 x 10-4 coulomb.
Disamping nilai penyinaran, dikenal pula
kecepatan penyinaran (exposure rates) yang menyatakan ialah R/jam atau mR / jam
.
2. Dosis Serap (absorbed dose)
Yaitu jumlah energi radiasi yang diserap
oleh satu satuan massa/berat dari medium
yang dilaluinya. Satuan dari dosis serap
adalah rad (radiation absorbed dose)
1 rad = 100 erg/gram, dalam satuan SI
dosis serap adalah Gray (Gy)
1 Gray = 1 Joule / kg
3. Dosis Setara (dosis ekivalen)
Yaitu menyatakan jumlah energi radiasi
yang diserap oleh satuan massa / berat bahanatau medium yang dilaluinya. Satuan
yang dipergunakan adalah rem (roentgen equivalentman), sedang di dalam satuan
SI dipergunakan satuan Sievert (Sv)
1 Sv = 1 Joule / kg = 100 rem
admin,,,minta referensi yg fluoroskopi donk
BalasHapus