A. Pesawat
Sinar-X untuk Gigi
Pada
pesawat sinar-X untuk pemeriksaan mulut, gigi dan rahang, berlaku semua
ketentuan yang berhubungan dengan pesawat sinar-X diagnostik. Pesawat sinar-x
untuk gigi menggunakan jarak fokus-kulit yang lebih pendek, sehingga dosis yang
diterima pada kulit akan lebih tinggi. Apron harus tersedia untuk melindungi
pasien dari bahaya radiasi pada bagian leher ke bawah selama penyinaran
berlangsung.
Radiografi
dental menggunakan occlusal film, single emulsion, non grid, non intensifying
screen (is), dan short distance technique.
B.
Proses Produksi Sinar – X
Proses produksi sinar -x pada dental x-ray unit sama
halnya dengan proses produksi sinar–x pada pesawat sinar x lainnya.
Langkah Pertama. Langkah
pertama dalam x-ray produksi adalah pemanasan filamen. Dikerjakan dengan
menekan tombol eksposi persiapan, hasilnya adalah bekerjanya arus bolak-balik
dalam satuan ampere (A), dan tegangan dalam volt (V) mengaliri filamen.
Akibatnya filamen menjadi pijar dan mengemisikan elektron bebas disekitarnya
(emisi termionik).
Langkah
Kedua. Pembangkitan tegangan tinggi antara katode dengan
anode. Dikerjakan dengan menekan tombol eksposi penuh. Hasilnya adalah tegangan
tinggi antara katode dan anode selama waktu yang ditentukan.
Langkah Ketiga. Tegangan
tinggi antara katode dan anode menyebabkan awan elektron berloncatan menuju
anode. Makin besar tegangan tinggi dikerjakan, dan makin tinggi pula tenaga
geraknya. Awan elektron yang bergerak cepat menuju anode secara individual
disebut elektron proyektil, dan akan menumbuk target yang dipasang pada anode.
Tumbukan yang terjadi menghasilkan panas dan sinar-x, dimana presentase enersi
yang menjadi sinar-x relatif kecil, yaitu < 1%. Sementara enersi yang
menjadi panas < 99%.
C.
Kegunaan
Dental Radiography
Sebagai radiodiagnosa (radiograf gigi) merupakan data
pendukung yang penting dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit atau kelainan
di Kedokteran Gigi misalnya :
·
Adanya kelainan apikal atau
periapikal yang tidak terdeteksi secara klinis.
·
Adanya kelainan pada rahang.
·
Adanya fraktur rahang atau akar gigi
·
Karies yang tersembunyi (pada
proksimal atau karies akar) karies sekunder, karies incipien, kedalaman karies,
dan lain-lain.
D.
Peralatan
Dental Radiography
1.
Unit Sinar-X
Pesawat dental adalah
pesawat yang di gunakan untuk pemeriksaan gigi. Pesawat dental di bagi atas
beberapa yaitu:
v Pesawat
dental dengan ujung kerucut dan ujung tebuka yaitu pesawat dental yang dapat
menampakkan hanya beberapa gigi saja.
v Pesawat
dental panoramic yaitu pesawat dental yang dapat menghasilkan gambar gigi
secara keseluruhan.
v Pesawat
dental digital imaging yaitu pesawat dental yang dapat memperlihatkan
gigi secara keseluruhan dan di kendalikan dengan monitor.
Ada dua jenis kerucut pada
pesawat dental, yaitu kerucut plastik runcing dan kerucut ujung terbuka.
Kerucut plastik runcing harus dilengkapi dengan kolimator yang efektif dengan
sebuah diafragma logam dan tabung logam yang berada dalam kerucut.
Spesifikasi pesawat
dental :
-
Sudut perputaran x-ray
tube 360°
-
Memiliki besaran kV 50
- 70
-
Memiliki besaran mA 10
– 15
-
Rentang waktu ekposi
berkisar antara 0,025 – 0,5
-
Jarak x-ray tube ke
kulit 18 – 23 inch
-
Menggunakan fokus kecil
-
Short distance technique
-
X-ray tube dilengkapi
dengan pointer untuk sentrasi sinar dan conus berada di dalam
2.
Film
Film
gigi yang dimaksud adalah film dental periapikal ukurannya 3 x 4 cm dan juga
film dental occlusal ukuran 6 x 9 cm.
3.
Unit Processing
Memproses atau mencuci film dental dapat
dilakukan dengan menggunakan automatic processing atau manual processing.
4.
Unit Pengering Film
Apabila menggunakan
manual processing maka dibutuhkan unit pengering film yaitu drying cabinet.
5.
Radiography Protection
System
Yang dimaksud dalam hal
ini adalah keamanan dalam hal proteksi radiasi. Seperti keamanan terhadap
radiasi di ruang pemeriksaan dan ruang radiologi, serta keamanan pasien dan
radiografer dengan menggunakan apron.
6.
Viewer
Untuk melihat hasil gambaran film dental
yang sudah di proses digunakan sebuah alat yang dinamakan viewing box.
E.
Komponen
Tabung Dental X-Ray Unit
F.
Struktur Pesawat Dental
X-Ray Unit
a.
Control Panel.
b.
The Arm Extension (Lengan Ekstensi). Kepala
tabung melekat pada lengan ekstensi (the arm extension) yang dapat berputar 360° secara
horizontal dan vertikal.
c.
The Tube Head (Kepala Tube).
v Filter dan Kolimator
Filter terletak di dasar kerucut. Filter pesawat dental dengan
kapasitas tegangan tabung < 70 kV memiliki ketebalan minimum 2,5 mm. Kolimator
berfungsi untuk membatasi ukuran lapangan penyinaran sinar-x.
G.
SOP
Dental X-Ray
1.
Hubungkan dental unit dengan arus listrik.
2.
Tekan tombol hijau yang terdapat pada pesawat dental sehingga berada
pada posisi ON.
3.
Tekan tombol pengatur besar kecilnya pasien ( Terdapat 3 tombol,masing-masing untuk pasien kecil,sedang dan besar ).
4.
Tekan tombol pengatur gigi yang akan diperiksa.
5.
KV dan mA sudah tidak dapat diatur ,sedangkan sec bisa diatur.
6.
Pesawat dental siap digunakan.
7.
Tekan tombol hijau,sehingga berada dalam posisi OFF untuk mematikan pesawat.
8.
Rapikan kabel dan letakkan ditempat semula.
H.
SOP
Pemeriksaan Dental X-Ray
1. Pasien diberikan penjelasan mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan dan tekankan bahwa pemeriksaan yang akan
dilakukan akan membuat pasien tidak nyaman dan sedikit sakit.
2. Pasien duduk di kursi yang telah
disediakan, dan usahakan kepala pasien menempel pada dinding, untuk membuat
pasien merasa lebih nyaman dan untuk mencegah pergerakkan kepala pasien.
3. Tekan tombol pengatur besar kecilnya
pasien dan tombol pengatur gigi yang akan diperiksa.
4. Radiografer memakai hands scun.
5. Pasien diminta untuk membuka mulut,
lihat bagian gigi yang akan diperiksa. Selalu ingatkan pasien bahwa pemeriksaan
yang akan dilakukan dapat membuat pasien tidka nyaman dan merasa sakit.
6. Masukkan film dental ke bagian gigi
yang akan diperiksa dan minta pasien memegang film dental tersebut dengan
bagian gigi yang diperiksa.
7. Atur tube tegak lurus film sesuai dengan gigi yang akan diperiksa.
8. Lakukan exposure.
9. Selesai dan pasien boleh menunggu di
luar, radiografer dan dokter mengevaluasi hasil foto.
10. Dibuatkan label dan amplop.
I.
Jenis-jenis
Foto Rontgen Gigi
·
Teknik Rontgen Intra oral
Teknik radiografi intra
oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya
ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga
mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada
tiga pemeriksaan radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan periapikal,
interproksimal, dan oklusal.
·
Teknik Rontgen Periapikal
Teknik ini digunakan
untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya. Ada
dua teknik pemotretan yang digunakan untuk memperoleh foto periapikal yaitu
teknik parallel dan bisektris, yang sering digunakan di RSGM adalah teknik
bisektris.
·
Teknik Bite Wing
Teknik ini digunakan
untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan posterior
sehingga dapat digunakan untuk melihat permukan gigi yang berdekatan dan puncak
tulang alveolar. Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari
film untuk stabilisasi film di dalam mulut.
·
Teknik Rontgen Oklusal
Teknik ini digunakan untuk
melihat area yang luas baik pada rahang atas maupun rahang bawah dalam satu
film. Film yang digunakan adalah film oklusal. Teknik pemotretannya yaitu
pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau menggigit bagian dari film
tersebut.
·
Teknik Rontgen Ekstra Oral
Foto Rontgen ekstra
oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film
yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra oral yang paling
umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen panoramik, sedangkan
contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto antero
posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi
reverse-Towne, proyeksi Submentovertex.
·
Teknik Rontgen Panoramik
Foto panoramik
merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang
memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur
pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi,
pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan
mengevaluasi trauma.
·
Teknik Lateral
Foto Rontgen ini
digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur
dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.
·
Teknik Postero Anterior
Foto Rontgen ini
digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossa nasalis, dan orbita.
kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossa nasalis, dan orbita.
·
Teknik Antero Posterior
Foto Rontgen ini
digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula,
gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung.
·
Teknik Cephalometri
Foto Rontgen ini
digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan
kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan untuk melihat
jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.
·
Proyeksi Water’s
Foto Rontgen ini
digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis,
sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga nasal.
·
Proyeksi Reverse-Towne
Foto Rontgen ini
digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga
dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.
·
Proyeksi Submentovertex
Foto ini bisa digunakan
untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung
mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus zigomatikus.
J.
Efek
Radiasi
·
Efek Radiasi pada Membran Mukosa Mulut
Radiasi pada daerah
kepala dan leher khususnya nasofaring akan mengikutsertakan sebagian besar
mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan akut akan terjadi efek samping pada
mukosa mulut berupa mukositis yang dirasa pasien sebagai nyeri pada saat
menelan, mulut kering dan hilangnya cita rasa (taste). Keadaan ini seringkali
diperparah oleh timbulnya infeksi jamur pada mukosa lidah serta palatum.
·
Efek Radiasi pada Glandula Salivarius
Terapi radiasi pada
daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah terbukiti dapat
mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai drajat
kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Hal ini ditunjukkan
dengan berkurangnya volume saliva. Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan
kelenjar saliva tergantung dosis dan lamanya penyinaran.. Mulut akan menjadi
kering (Xerostomia) dan sakit, serta pembengkakan dan nyeri karena berkurangnya
saliva sehingga menyebabkan hilangnya fungis lubrikasi.
·
Efek Radiasi pada Gigi
Gigi yang telah erupsi
cenderung mengalami kerukan akibat radiasi daerah rongga mulut, meskipun
kerusakannya baru tampak setelah beberapa tahun setelah radiasi. Manifestasi
kerusakan berupa destruksi substansi gigi yang disebut karies radiasi dan
dimulai pada servikal gigi. Lesi berupa demineralisasi yang lebih daripada
karies pada umumnya, dengan pola melintas gigi dan menyebabkan kerusakan
mahkota gigi pada daerah servikal.
Kerusakan jaringan
keras gigi (email, dentin, sementum) mengakibatkan karies gigi. Secara
radiografi daerah karies bersifat radiolusen bila dibandingkan dengan email
atau dentin. Hal ini penting bagi pendiagnosa untuk melihat radiografi dalam
situasi pengamatan yang tepat dengan pandangan yang jelas agar dapat membedakan
antara restorasi dan anatomi gigi yang normal. Pada gigi terjadi dua efek
radiasi yaitu efek radiasi secara langsung dan tidak langsung.
-
Efek Radiasi Langsung
Efek radiasi ini
terjadi paling dini dari benih gigi, berupa gangguan kalsifikasi benih gigi,
gangguan perkembangan benih gigi dan gangguan erupsi gigi.
-
Efek Radiasi tidak Langsung
Efek radiasi tidak
langsung terjadi setelah pembentukan gigi dan erupsi gigi normal berada dalam
rongga mulut, kemudian terkena radiasi ionosasi, maka akan terlihat kelainan
gigi tersebut misalnya adanya karies radiasi. Biasanya karies radiasi pada
beberapa gigi bahkan seluruh region yang terkena pancaran sinar radiasi,
keadaan ini disebut rampan karies radiasi. Radiasi karies merupakan bentuk
rampan dari kerusakan gigi yang dapat terjadi pada tiap individu yang mendapatkan
radioterapi termasuk penyinaran dari glandula saliva. Lesi karies dihasilkan
dari perubahan glandula salivarius.
Penurunan arus,
peningkatan pH, penurunan kapasitas buffer karena adanya perubahan elektrolit
dan peningkatan viskositas. Saliva normal dapat menurun dan akumulasi debris
yang cepat karena tidak adanya tindakan pembersihan. Karies sekunder yang
disebabkan radiasi memiliki bentuk jelas yang merata pada cement enamel
junction (CEJ) dari permukaan bukolabial, merupakan lokasi yang biasanya tahan terhadap
karies.
Permukaan bukal dan
lingual sering Nampak warna putih atau opak karena terjadi demineralisasi dari
email. Daerah ini terjadi demineralisasi bila saliva menjadi asam dan
kehilangan suplai mineral yang secara normal mengisi ion negative berubah,
permukaan lembut, kehailangan translusensi dan sering fraktur, menyebabkan
erosi, membuat dentin menjadi terbuka.
·
Efek Radiasi pada Tulang
Perawatan kanker pada
daerah mulut sering dialkukan penyinaran termasuk pada mandibula. Kerusakan
primer pada tulang disebabkan oleh penyinaran yan mengakibatkan rusaknya
pembuluh darah periosteum dan tulang kortikal, yang dalam keadaan normalnya
sudah tipis. Radiasi juga dapat merusak osteoblas dan osteoklas. Jaringan
sumsusm tulang menjadi hipovaskular, hipoxik, dan hiposelular.
Sebagai tambahan,
endosteum menjadi terjadi atrofi pada endosteum menunjukkan berkurangnya
aktifitas osteoblas dan osteoklas, dan beberapa lacuna pada tulang yang kompak
tampak kosong, hal tersebut merupakan indikasi terjadinya nekrosis. Derajat
mineralisasi menjadi berkurang, memicu terjadinya kerapuhan, aytau
perubahandari tulang yang normal. Jika keadaan ini bertambah parah tulang akan
mangalami kematian, kondisi seperti ini disebut osteoradionecrosis.
·
Efek Radiasi pada Pulpa
Apoptosis adalah
mekanisme biologis yang merupakan jenis kematian sel yang terprogram, yang
dapat terjadi pada kondisi fisiologis maupun patologis. Apoptosis digunakan
oleh organism multi sel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh
tubuh. Apoptosis umumnya berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan
bagi tubuh.
Apoptosis dapat terjadi selama selama perkembangan, sebagai mekanisme homeostatis untuk menjaga atau memelihara populasi sel dalam jaringan, sebagai mekanisme pertahanan jika sel rusak oleh suatu penyakit atau bahan racun pada proses penuaan.
Apoptosis dapat terjadi selama selama perkembangan, sebagai mekanisme homeostatis untuk menjaga atau memelihara populasi sel dalam jaringan, sebagai mekanisme pertahanan jika sel rusak oleh suatu penyakit atau bahan racun pada proses penuaan.
Apoptosis pada jaringan
fibroral pulpa dapat terjadi akibat dosis radiasi yang diterima selama terapi
radiasi adalah ± 200 rad sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa meningkat
pulpa sehingga selain sel sel fibrolas, sel-sel lain juga turut mati akibat
efek radiasi. Dikarenakan sel fibrolas merupakan sel terbanyak yang ada di
pulpa dengan fungsi sebagai menjaga integritas dan vitalitas pulpa berupa
membentuk dan mempertahankan matriks jaringan pulpa dengan membentuk ground
substance dan serat kolagen sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa menjadi
proses awal terjadinya karies radiasi.
Gambar
Pancaran Radiasi Sinar-X
sumbernya dari mana ya
BalasHapus