visitor

Jumat, 17 Januari 2014

Pesawat Dental



A.    Pesawat Sinar-X untuk Gigi
Pada pesawat sinar-X untuk pemeriksaan mulut, gigi dan rahang, berlaku semua ketentuan yang berhubungan dengan pesawat sinar-X diagnostik. Pesawat sinar-x untuk gigi menggunakan jarak fokus-kulit yang lebih pendek, sehingga dosis yang diterima pada kulit akan lebih tinggi. Apron harus tersedia untuk melindungi pasien dari bahaya radiasi pada bagian leher ke bawah selama penyinaran berlangsung.
Radiografi dental menggunakan occlusal film, single emulsion, non grid, non intensifying screen (is), dan short distance technique.

B.            Proses Produksi Sinar – X

Proses produksi sinar -x pada dental x-ray unit sama halnya dengan proses produksi sinar–x pada pesawat sinar x lainnya.
Langkah Pertama. Langkah pertama dalam x-ray produksi adalah pemanasan filamen. Dikerjakan dengan menekan tombol eksposi persiapan, hasilnya adalah bekerjanya arus bolak-balik dalam satuan ampere (A), dan tegangan dalam volt (V) mengaliri filamen. Akibatnya filamen menjadi pijar dan mengemisikan elektron bebas disekitarnya (emisi termionik).


Langkah Kedua. Pembangkitan tegangan tinggi antara katode dengan anode. Dikerjakan dengan menekan tombol eksposi penuh. Hasilnya adalah tegangan tinggi antara katode dan anode selama waktu yang ditentukan.
Langkah Ketiga. Tegangan tinggi antara katode dan anode menyebabkan awan elektron berloncatan menuju anode. Makin besar tegangan tinggi dikerjakan, dan makin tinggi pula tenaga geraknya. Awan elektron yang bergerak cepat menuju anode secara individual disebut elektron proyektil, dan akan menumbuk target yang dipasang pada anode. Tumbukan yang terjadi menghasilkan panas dan sinar-x, dimana presentase enersi yang menjadi sinar-x relatif kecil, yaitu < 1%. Sementara enersi yang menjadi panas < 99%.


C.           Kegunaan Dental Radiography
Sebagai radiodiagnosa (radiograf gigi) merupakan data pendukung yang penting dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit atau kelainan di Kedokteran Gigi misalnya :
·           Adanya kelainan apikal atau periapikal yang tidak terdeteksi secara klinis.
·           Adanya kelainan pada rahang.
·           Adanya fraktur rahang atau akar gigi
·           Karies yang tersembunyi (pada proksimal atau karies akar) karies sekunder, karies incipien, kedalaman karies, dan lain-lain.

D.           Peralatan Dental Radiography
1.        Unit Sinar-X
Pesawat dental adalah pesawat yang di gunakan untuk pemeriksaan gigi. Pesawat dental di bagi atas beberapa yaitu:
v  Pesawat dental dengan ujung kerucut dan ujung tebuka yaitu pesawat dental yang dapat menampakkan hanya beberapa gigi saja.
v  Pesawat dental panoramic yaitu pesawat dental yang dapat menghasilkan gambar gigi secara keseluruhan.
v  Pesawat dental  digital imaging yaitu pesawat dental yang dapat memperlihatkan gigi secara keseluruhan dan di kendalikan dengan monitor.

Ada dua jenis kerucut pada pesawat dental, yaitu kerucut plastik runcing dan kerucut ujung terbuka. Kerucut plastik runcing harus dilengkapi dengan kolimator yang efektif dengan sebuah diafragma logam dan tabung logam yang berada dalam kerucut.




Spesifikasi pesawat dental :
-        Sudut perputaran x-ray tube 360°
-        Memiliki besaran kV 50 - 70
-        Memiliki besaran mA 10 – 15
-        Rentang waktu ekposi berkisar antara 0,025 – 0,5
-        Jarak x-ray tube ke kulit 18 – 23 inch
-        Menggunakan fokus kecil
-        Short distance technique
-        X-ray tube dilengkapi dengan pointer untuk sentrasi sinar dan conus berada di dalam


2.        Film
Film gigi yang dimaksud adalah film dental periapikal ukurannya 3 x 4 cm dan juga film dental occlusal ukuran 6 x 9 cm.


3.        Unit Processing
Memproses atau mencuci film dental dapat dilakukan dengan menggunakan automatic processing atau manual processing.
4.        Unit Pengering Film
Apabila menggunakan manual processing maka dibutuhkan unit pengering film yaitu drying cabinet.

5.        Radiography Protection System
Yang dimaksud dalam hal ini adalah keamanan dalam hal proteksi radiasi. Seperti keamanan terhadap radiasi di ruang pemeriksaan dan ruang radiologi, serta keamanan pasien dan radiografer dengan menggunakan apron.

6.        Viewer
Untuk melihat hasil gambaran film dental yang sudah di proses digunakan sebuah alat yang dinamakan viewing box.

E.            Komponen Tabung Dental X-Ray Unit





F.            Struktur Pesawat Dental X-Ray Unit

a.         Control Panel.
b.        The Arm Extension (Lengan Ekstensi). Kepala tabung melekat pada lengan ekstensi (the arm extension) yang dapat berputar 360° secara horizontal dan vertikal.
c.         The Tube Head (Kepala Tube).







v   Filter dan Kolimator

Filter terletak di dasar kerucut. Filter pesawat dental dengan kapasitas tegangan tabung < 70 kV memiliki ketebalan minimum 2,5 mm. Kolimator berfungsi untuk membatasi ukuran lapangan penyinaran sinar-x.
G.           SOP Dental X-Ray
1.             Hubungkan dental unit dengan arus listrik.
2.             Tekan tombol hijau yang terdapat pada  pesawat dental sehingga berada pada posisi ON.
3.             Tekan tombol pengatur besar kecilnya pasien ( Terdapat 3 tombol,masing-masing untuk pasien kecil,sedang dan besar ).
4.             Tekan tombol pengatur gigi yang akan diperiksa.
5.             KV dan mA sudah tidak dapat diatur ,sedangkan sec bisa diatur.
6.             Pesawat dental siap digunakan.
7.             Tekan tombol hijau,sehingga berada dalam posisi OFF untuk mematikan pesawat.
8.             Rapikan kabel dan letakkan ditempat semula.




H.           SOP Pemeriksaan Dental X-Ray
1. Pasien diberikan penjelasan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan dan tekankan bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan akan membuat pasien tidak nyaman dan sedikit sakit.
2. Pasien duduk di kursi yang telah disediakan, dan usahakan kepala pasien menempel pada dinding, untuk membuat pasien merasa lebih nyaman dan untuk mencegah pergerakkan kepala pasien.
3. Tekan tombol pengatur besar kecilnya pasien dan tombol pengatur gigi yang akan diperiksa.
4.   Radiografer memakai hands scun.
5.    Pasien diminta untuk membuka mulut, lihat bagian gigi yang akan diperiksa. Selalu ingatkan pasien bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan dapat membuat pasien tidka nyaman dan merasa sakit.
6.  Masukkan film dental ke bagian gigi yang akan diperiksa dan minta pasien memegang film dental tersebut dengan bagian gigi yang diperiksa.
7.  Atur tube tegak lurus film sesuai dengan gigi yang akan diperiksa.
8.   Lakukan exposure.
9.    Selesai dan pasien boleh menunggu di luar, radiografer dan dokter mengevaluasi hasil foto.
10.  Dibuatkan label dan amplop.

I.              Jenis-jenis Foto Rontgen Gigi
·                Teknik Rontgen Intra oral
Teknik radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan periapikal, interproksimal, dan oklusal.
·                Teknik Rontgen Periapikal
Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan untuk memperoleh foto periapikal yaitu teknik parallel dan bisektris, yang sering digunakan di RSGM adalah teknik bisektris.
·                Teknik Bite Wing
Teknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut.
·                Teknik Rontgen Oklusal
Teknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal. Teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau menggigit bagian dari film tersebut.
·                Teknik Rontgen Ekstra Oral
Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto antero posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi Submentovertex.
·                Teknik Rontgen Panoramik
Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma.
·                Teknik Lateral
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.


·                Teknik Postero Anterior
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossa nasalis, dan orbita.
·                Teknik Antero Posterior
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung.
·                Teknik Cephalometri
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.
·                Proyeksi Water’s
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga nasal.
·                Proyeksi Reverse-Towne
Foto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.
·                Proyeksi Submentovertex
Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus zigomatikus.






J.             Efek Radiasi
·                Efek Radiasi pada Membran Mukosa Mulut
Radiasi pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring akan mengikutsertakan sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan akut akan terjadi efek samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang dirasa pasien sebagai nyeri pada saat menelan, mulut kering dan hilangnya cita rasa (taste). Keadaan ini seringkali diperparah oleh timbulnya infeksi jamur pada mukosa lidah serta palatum.

·                Efek Radiasi pada Glandula Salivarius
Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah terbukiti dapat mengakibatkan  rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai drajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya volume saliva. Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar saliva tergantung dosis dan lamanya penyinaran.. Mulut akan menjadi kering (Xerostomia) dan sakit, serta pembengkakan dan nyeri karena berkurangnya saliva sehingga menyebabkan hilangnya fungis lubrikasi.

·                Efek Radiasi pada Gigi
Gigi yang telah erupsi cenderung mengalami kerukan akibat radiasi daerah rongga mulut, meskipun kerusakannya baru tampak setelah beberapa tahun setelah radiasi. Manifestasi kerusakan berupa destruksi substansi gigi yang disebut karies radiasi dan dimulai pada servikal gigi. Lesi berupa demineralisasi yang lebih daripada karies pada umumnya, dengan pola melintas gigi dan menyebabkan kerusakan mahkota gigi pada daerah servikal.
Kerusakan jaringan keras gigi (email, dentin, sementum) mengakibatkan karies gigi. Secara radiografi daerah karies bersifat radiolusen bila dibandingkan dengan email atau dentin. Hal ini penting bagi pendiagnosa untuk melihat radiografi dalam situasi pengamatan yang tepat dengan pandangan yang jelas agar dapat membedakan antara restorasi dan anatomi gigi yang normal. Pada gigi terjadi dua efek radiasi yaitu efek radiasi secara langsung dan tidak langsung.
-          Efek Radiasi Langsung
Efek radiasi ini terjadi paling dini dari benih gigi, berupa gangguan kalsifikasi benih gigi, gangguan perkembangan benih gigi dan gangguan erupsi gigi.
-          Efek Radiasi tidak Langsung
Efek radiasi tidak langsung terjadi setelah pembentukan gigi dan erupsi gigi normal berada dalam rongga mulut, kemudian terkena radiasi ionosasi, maka akan terlihat kelainan gigi tersebut misalnya adanya karies radiasi. Biasanya karies radiasi pada beberapa gigi bahkan seluruh region yang terkena pancaran sinar radiasi, keadaan ini disebut rampan karies radiasi. Radiasi karies merupakan bentuk rampan dari kerusakan gigi yang dapat terjadi pada tiap individu yang mendapatkan radioterapi termasuk penyinaran dari glandula saliva. Lesi karies dihasilkan dari perubahan glandula salivarius.
Penurunan arus, peningkatan pH, penurunan kapasitas buffer karena adanya perubahan elektrolit dan peningkatan viskositas. Saliva normal dapat menurun dan akumulasi debris yang cepat karena tidak adanya tindakan pembersihan. Karies sekunder yang disebabkan radiasi memiliki bentuk jelas yang merata pada cement enamel junction (CEJ) dari permukaan bukolabial, merupakan lokasi yang biasanya tahan terhadap karies.
Permukaan bukal dan lingual sering Nampak warna putih atau opak karena terjadi demineralisasi dari email. Daerah ini terjadi demineralisasi bila saliva menjadi asam dan kehilangan suplai mineral yang secara normal mengisi ion negative berubah, permukaan lembut, kehailangan translusensi dan sering fraktur, menyebabkan erosi, membuat dentin menjadi terbuka.



·                Efek Radiasi pada Tulang
Perawatan kanker pada daerah mulut sering dialkukan penyinaran termasuk pada mandibula. Kerusakan primer pada tulang disebabkan oleh penyinaran yan mengakibatkan rusaknya pembuluh darah periosteum dan tulang kortikal, yang dalam keadaan normalnya sudah tipis. Radiasi juga dapat merusak osteoblas dan osteoklas. Jaringan sumsusm tulang menjadi hipovaskular, hipoxik, dan hiposelular.
Sebagai tambahan, endosteum menjadi terjadi atrofi pada endosteum menunjukkan berkurangnya aktifitas osteoblas dan osteoklas, dan beberapa lacuna pada tulang yang kompak tampak kosong, hal tersebut merupakan indikasi terjadinya nekrosis. Derajat mineralisasi menjadi berkurang, memicu terjadinya kerapuhan, aytau perubahandari tulang yang normal. Jika keadaan ini bertambah parah tulang akan mangalami kematian, kondisi seperti ini disebut osteoradionecrosis.

·                Efek Radiasi pada Pulpa
Apoptosis adalah mekanisme biologis yang merupakan jenis kematian sel yang terprogram, yang dapat terjadi pada kondisi fisiologis maupun patologis. Apoptosis digunakan oleh organism multi sel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Apoptosis umumnya berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh.
Apoptosis dapat terjadi selama selama perkembangan, sebagai mekanisme homeostatis untuk menjaga atau memelihara populasi sel dalam jaringan, sebagai mekanisme pertahanan jika sel rusak oleh suatu penyakit atau bahan racun pada proses penuaan.
Apoptosis pada jaringan fibroral pulpa dapat terjadi akibat dosis radiasi yang diterima selama terapi radiasi adalah ± 200 rad sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa meningkat pulpa sehingga selain sel sel fibrolas, sel-sel lain juga turut mati akibat efek radiasi. Dikarenakan sel fibrolas merupakan sel terbanyak yang ada di pulpa dengan fungsi sebagai menjaga integritas dan vitalitas pulpa berupa membentuk dan mempertahankan matriks jaringan pulpa dengan membentuk ground substance dan serat kolagen sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa menjadi proses awal terjadinya karies radiasi.


Gambar Pancaran Radiasi Sinar-X

1 komentar: